#Lomba10HariNgeblog
Tanggal 21 Januari 2012, saya berkesempatan mengelilingi kota Soe, dengan kamera digital kecil saya, sekedar memotret kota yang kini jadi tempat bermukim saya.
Soe, kota kecil di pulau Timor dan juga merupakan ibu kota dari
Kabupaten TTS, dengan jumlah penduduknya, 38.615 (BPS 2009 dalam
www.ttskab.go.id).
Pada 1920, Kota Soe ditetapkan menjadi ibukota Zuid Midden
Timor atas kesepakatan bersama dari ketiga raja yang berkuasa di sana. Ketiga
raja itu antara lain Raja Lay Akun Oematan (Kerajaan Molo), Raja Pae Nope
(Kerajaan Amanuban), dan Raja Kolo Banunaek (Kerajaan Amanatun).
|
Kantor Bupati TTS |
|
Koin-koin kuno Bpk. Markus Banunaek |
|
Motif ikat Amanuban |
|
|
|
|
|
|
|
|
Motif ikat Amanatun |
|
|
|
Gereja Efata SOE |
Nama kota SoE sendiri sudah mulai dikenal pada tahun
±1905/1906 oleh pemerintah Hindia Belanda. Dengan suku yang beragam,
tak hanya orang Dawan, ada juga pendatang seperti orang Sabu, Rote, Flores, dan
Jawa namun yang paling signifikan sekarang ini (menurut saya yah) adalah makin banyak orang Bugis yang menetap
di kota Soe, dengan usaha toko kelontong di segala sudut kota, dari yang kecil-kecilan
sampai yang paling besar ada di kota Soe. Mereka yang kini mulai mendominasi
perekonomian SoE selain warga keturunan Tionghoa yang sudah lebih duluan aktif
berdagang di Soe. Itulah Soe, kota kecil di ketinggian 1000 mdpl, yang kini
makin beragam saja.
|
Interior Mater Dolorosa |
|
Sulat Knino, Alkitab versi Bahasa Dawan bisa di beli di depan pasar Inpres Soe |
|
Gereja tertua di kota SOE, Maranatha |
|
Masjid Al Ikhlas, Masjid terbesar di kota SOE |
|
Mater dolorosa SOE |
|
Menuju pasar lama/ kompleks pertokoan/ kawasan 'Pecinan' SOE |
|
Alun-alun kota atau dikenal sebagai lapangan PUSPENMAS |
|
Mama Taneo dan jualannya |
Mama Taneo yang sehari-hari berjualan kain tenun ikat khas
dari berbagai wilayah di Kab TTS. Yang berminat membeli bisa datang langsung ke
pasar Inpres Soe, jalan Hayam Wuruk Kelurahan Taubneno, persis di pojok kiri
pasar/depan kantor Pegadaian. No HP mama Taneo yang bisa dihubungi 082144939911.
|
Motif Kadal/Tokek yang menjadi ciri tenun ikat Timor. Bermakna 'kesakralan' |
Selain Kain tenun ikat,
ada juga tempat sirih-pinang, tas dan dompet yang dianyam daunlontar dan
dilapisi muti berwarna-warni. Ada juga mahkota dari perak, tudung anyaman
lontar yang berfungsi untuk menutup hantaran saat upacara meminang, dsb.
|
berbagai motif kain tenun TTS |
|
Lapak kain ikat milik Bpk. Banunaek |
|
kayak motif Macaaan yah? he he he |
Selain mama Taneo, ada juga Bapak Markus Banunaek yang
sehari-hari juga berjualan di Pasar Inpres SOE. Uniknya Bapak Markus juga
menjual berbagai koin kuno bergambar Ratu Wilhelmina dari Belanda hingga logam
sen rupiah bergambar pangeran Diponegoro.
|
Monumen El Tari |
Monumen El Tari, terletak di halaman kantor Bupati TTS.
Terkenal dengan moto ‘tanam, tanam sekali lagi tanam’. Monumen ini diresmikan
pada tanggal 21 September 1978.
|
Hutan Air Besi di Kampung Sabu |
Ada dua hutan kota yang sangat lebat, menyediakan oksigen
yang berlimpah, sekaligus air bersih yang berlimpah bagi warga kota Soe, yakni
hutan Air Besi dekat kampung Sabu dan hutan Oenasi di kelurahan Taubneno.
|
Pertama dan satu-satunya di kota SOE |
Toko buku Sinar Putain, toko buku pertama, tertua dan
(mungkin) satu-satunya di kota Soe. Tempat saya dulu membeli majalah Bobo.
|
Hutan Kota Air Besi |
|
Koin 'Pangeran Diponegoro' |
Selengkapnya tentang Soe dan Kabupaten TTS pada umumnya,
bisa mampir situs resmi pemkab TTS di
www.ttskab.go.id
kenapa tak ada Fatukopa? padahal fatukopa salah satu potensi wisata Kab. TSS pada Sail Komodo kemarin.
BalasHapusFatukopa keramat nah :)
BalasHapus