Sabtu, 15 Maret 2014

SEJENAK MENGINTIP KEUNIKAN KOTA SOE...

By on Jumat, Januari 27, 2012


 #Lomba10HariNgeblog
 Tanggal 21 Januari 2012, saya berkesempatan mengelilingi kota Soe, dengan kamera digital kecil saya, sekedar memotret kota yang kini jadi tempat bermukim saya.
Soe, kota kecil di pulau Timor dan juga merupakan ibu kota dari Kabupaten TTS, dengan jumlah penduduknya, 38.615 (BPS 2009 dalam www.ttskab.go.id).

Pada 1920, Kota Soe ditetapkan menjadi ibukota Zuid Midden Timor atas kesepakatan bersama dari ketiga raja yang berkuasa di sana. Ketiga raja itu antara lain Raja Lay Akun Oematan (Kerajaan Molo), Raja Pae Nope (Kerajaan Amanuban), dan Raja Kolo Banunaek (Kerajaan Amanatun).
Kantor Bupati TTS
Koin-koin kuno Bpk. Markus Banunaek



Motif ikat Amanuban

 




Motif ikat Amanatun






 




Gereja Efata SOE
Nama kota SoE sendiri sudah mulai dikenal pada tahun ±1905/1906 oleh pemerintah Hindia Belanda. Dengan suku yang beragam, tak hanya orang Dawan, ada juga pendatang seperti orang Sabu, Rote, Flores, dan Jawa namun yang paling signifikan sekarang ini (menurut saya yah)  adalah makin banyak orang Bugis yang menetap di kota Soe, dengan usaha toko kelontong di segala sudut kota, dari yang kecil-kecilan sampai yang paling besar ada di kota Soe. Mereka yang kini mulai mendominasi perekonomian SoE selain warga keturunan Tionghoa yang sudah lebih duluan aktif berdagang di Soe. Itulah Soe, kota kecil di ketinggian 1000 mdpl, yang kini makin beragam saja. 
Interior Mater Dolorosa
Sulat Knino, Alkitab versi Bahasa Dawan bisa di beli di depan pasar Inpres Soe





Gereja tertua di kota SOE, Maranatha

Masjid Al Ikhlas, Masjid terbesar di kota SOE

Mater dolorosa SOE


Menuju pasar lama/ kompleks pertokoan/ kawasan 'Pecinan' SOE

Alun-alun kota atau dikenal sebagai lapangan PUSPENMAS




Mama Taneo dan jualannya
Mama Taneo yang sehari-hari berjualan kain tenun ikat khas dari berbagai wilayah di Kab TTS. Yang berminat membeli bisa datang langsung ke pasar Inpres Soe, jalan Hayam Wuruk Kelurahan Taubneno, persis di pojok kiri pasar/depan kantor Pegadaian. No HP mama Taneo yang bisa dihubungi 082144939911.
Motif Kadal/Tokek yang menjadi ciri tenun ikat Timor. Bermakna 'kesakralan'
Selain Kain tenun ikat, ada juga tempat sirih-pinang, tas dan dompet yang dianyam daunlontar dan dilapisi muti berwarna-warni. Ada juga mahkota dari perak, tudung anyaman lontar yang berfungsi untuk menutup hantaran saat upacara meminang, dsb.

berbagai motif kain tenun TTS



Lapak kain ikat milik Bpk. Banunaek

kayak motif Macaaan yah? he he he

Selain mama Taneo, ada juga Bapak Markus Banunaek yang sehari-hari juga berjualan di Pasar Inpres SOE. Uniknya Bapak Markus juga menjual berbagai koin kuno bergambar Ratu Wilhelmina dari Belanda hingga logam sen rupiah bergambar pangeran Diponegoro.
Monumen El Tari
Monumen El Tari, terletak di halaman kantor Bupati TTS. Terkenal dengan moto ‘tanam, tanam sekali lagi tanam’. Monumen ini diresmikan pada tanggal 21 September 1978.
Hutan Air Besi di Kampung Sabu
Ada dua hutan kota yang sangat lebat, menyediakan oksigen yang berlimpah, sekaligus air bersih yang berlimpah bagi warga kota Soe, yakni hutan Air Besi dekat kampung Sabu dan hutan Oenasi di kelurahan Taubneno.
Pertama dan satu-satunya di kota SOE
Toko buku Sinar Putain, toko buku pertama, tertua dan (mungkin) satu-satunya di kota Soe. Tempat saya dulu membeli majalah Bobo.
Hutan Kota Air Besi

Koin 'Pangeran Diponegoro'
Selengkapnya tentang Soe dan Kabupaten TTS pada umumnya, bisa mampir situs resmi pemkab TTS di www.ttskab.go.id

2 komentar:

  1. kenapa tak ada Fatukopa? padahal fatukopa salah satu potensi wisata Kab. TSS pada Sail Komodo kemarin.

    BalasHapus
  2. Fatukopa keramat nah :)

    BalasHapus